
Profil Acil Bimbo Sang Legenda Musik dan Daftar Karyanya yang Abadi
jakartaamanah.org – Dunia musik Indonesia tengah berduka dengan kepergian Acil Bimbo—nama panggung legendaris dari Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah. Ia bukan sekadar vokalis band Bimbo, tapi ikon yang meninggalkan jejak mendalam lewat lirik religius dan kritik sosial. Artikel ini menyajikan biografi Acil Bimbo, perjalanan musiknya, sampai daftar karyanya yang abadi — lengkap, detail, dan penuh nuansa.
Awal Kehidupan dan Pendidikan yang Kuat
Acil Bimbo lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943, sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Raden Dajat Hardjakusumah dan Uken Kenran. Ia tumbuh dalam keluarga yang mencintai seni, sehingga sejak kecil sudah akrab dengan budaya dan musik.
Meski fokus berkesenian, pendidikan tetap jadi prioritasnya. Acil menamatkan studi Sarjana Hukum di Universitas Padjadjaran tahun 1974, lalu lanjut jenjang kenotariatan dan lulus 1994.
Dalam kehidupan pribadi, Acil menikah dengan Ernawati dan dikaruniai empat anak. Dua cucunya, Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara, pernah bergabung di grup idola JKT48. Kehadirannya sebagai kakek hangat begitu terlihat mencuri perhatian publik melalui unggahan keluarga saat momen ulang tahunnya.
Dari The Alulas ke Bimbo: Awal Karier Musik yang Solid
Di masa SMA, Acil masuk dunia musik bersama saudara melalui band The Alulas. Pada 1958, band ini sukses juara di festival musik di Hotel Homann Bandung.
Pada 1966, bersama saudara Sam dan Jaka, ia mendirikan grup Trio Los Bimbos—yang kemudian dikenal sebagai Bimbo. Formasi mereka diperkuat oleh adik mereka, Iin Parlina.
Bimbo punya ciri khas dalam harmoni vokal dan lirik puitis. Lagu-lagu seperti Tuhan, Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, atau Melati dari Jayagiri tetap jadi simbol musik religi hingga kini, sering diputar di bulan Ramadan dan momentum keagamaan lainnya.
Daftar Karya Legendaris dan Kreativitas Melampaui Zaman
Acil dan Bimbo telah melahirkan sekitar 800 lagu dalam 200 album, sebuah catatan yang luar biasa dalam sejarah musik Indonesia.
Beberapa karya ikonik:
-
Tuhan, Sajadah Panjang, Melati dari Jayagiri, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, Rindu Rasul, Flamboyan.
Karya bernada kritik sosial dan politik:
-
Antara Kabul dan Beirut, Surat untuk Reagan dan Brezhnev.
Acil juga berkolaborasi dengan sastrawan Indonesia seperti Taufiq Ismail dan Wing Kardjo. Contohnya, Rindu Rasul dan Sajadah Panjang lahir dari sinergi musik-sastra yang dalam dan menyentuh.
Sosok Sosial – Budayawan, Aktivis Lingkungan, dan Pelopor LSM
Selain bermusik, Acil dikenal sebagai budayawan yang peduli terhadap warisan Sunda dan lingkungan. Ia mendirikan LSM Bandung Spirit tahun 2000 dan aktif dalam banyak organisasi sosial dan budaya.
Komitmennya tercermin lewat upaya pelestarian Sungai Citarum dan isu lingkungan lainnya. Bahkan musiknya pun pernah mengangkat tema seperti Sungai Ciliwung dan Harimau Jawa.
Pada 2015, dalam Konferensi Asia Afrika, Acil menyampaikan pentingnya air bersih dan ekosistem yang seimbang—menunjukkan bahwa musisi bisa juga menjadi penggerak perubahan sosial.
Penutup – Warisan Abadi dari Sang Legenda
Acil Bimbo bukan hanya legenda musik, tapi teladan bagi musisi Indonesia. Lewat harmoni vokal, lirik mendalam, dan hati yang terhubung pada nilai budaya dan lingkungan, ia memberikan lebih dari sekadar karya—ia menyuarakan nurani.
Warisan musik, aktivisme, dan cinta budaya yang ia tinggalkan akan terus bergema. Bagi generasi muda, kisah Acil menjadi pelajaran: bermusik itu bukan sekadar lagu, melainkan cara hidup yang bisa menyentuh dan mengubah.
Semoga artikel ini bukan hanya informatif, tapi juga memberi penghormatan layak untuk sang maestro yang telah berpulang—selamat jalan, Acil Bimbo, karyamu akan terus hidup di hati kita semua.