
Momen Gibran Bertemu Ojol Usai Demo—Dialog Langsung di Istana Wapres
Minggu siang, 31 Agustus 2025, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengundang delapan perwakilan pengemudi ojek online (ojol) dari platform Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive, ke Istana Wakil Presiden. Tujuannya: membuka ruang dialog langsung pasca gelombang demo yang menyita perhatian nasional. Dialog ini digelar di meja bundar dan berlangsung lebih dari satu jam, diselingi kudapan ringan dan suasana yang hangat—tanda bahwa pemerintah sungguh berniat menyerap suara rakyat .
Para driver hadir dengan mengenakan jaket seragam masing-masing, tampak santai namun serius saat berbagi keluh kesah. Gibran tampak mendengarkan dengan seksama—mengangguk tiap kali aspirasi disampaikan, bahkan sempat membaca kertas tulisan dari salah satu driver. Semua dilakukan dalam suasana yang natural, seolah bukan di lingkungan istana.
Hal ini bukan sekadar formalitas. Gibran sengaja mengundang mereka untuk membantu meredam tensi politik setelah demo besar-besaran beberapa hari sebelumnya. Pendekatan seperti ini juga sejalan dengan upaya kolaborasi dengan Presiden Prabowo dan pimpinan partai dalam meredam eskalasi ketegangan nasional.
Grab Bocorkan Inti Dialog: Aspirasi Ojol Disampaikan dengan Jelas dan Santun
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan driver menyampaikan keresahan yang nyata:
-
Penerimaan aspirasi yang sama frekuensi:
“Alhamdulillah, dalam pertemuan tadi lebih banyak kita yang meminta, mengajukan aspirasi kepada Pak Wapres dan alhamdulillah kita sefrekuensi ya …” jelas salah satu pengemudi. Ini menunjukkan dialog yang responsif dan terbuka. -
Penurunan pendapatan dan keresahan psikologis:
Dampak demo masif ternyata juga dirasakan oleh ojol. Mereka mengeluhkan orderan yang menurun drastis dan suasana kerja yang makin menegangkan. Aspirasi mereka seputar perlunya kebijakan pemerintah untuk mengakomodasi kondisi tersebut. -
Peran komunitas sebagai penahan provokasi:
Pengemudi juga menyampaikan bahwa mereka telah berupaya menyebarkan edukasi ke sesama agar tidak terprovokasi aksi massa. Dialog ini juga jadi momen untuk menyampaikan inisiatif mitigasi sendiri.
Grab, sebagai salah satu platform pengemudi hadir, menyatakan bahwa dialog tersebut sangat produktif. Mereka menyambut baik pertemuan langsung ini karena menunjukkan niat pemerintah mendengar komunitas ojol dan memastikan keberlanjutan mata pencaharian mereka.
Publik Soroti Penampilan “Glowing” Ojol dan Istilah “Taruna”—Muncul Tuduhan Pencitraan
Namun, perhatian netizen langsung bergeser ke detail penampilan fisik para driver. Banyak warganet curiga, mengingat jaket dan sepatu yang dikenakan tampak terlalu baru dan bersih—kontras dengan realita ojol biasanya.
Salah satu driver terlihat mengenakan sepatu Air Jordan rossi merah yang harganya diperkirakan mencapai Rp1,8–2,5 juta. Hal ini memicu tuduhan bahwa para driver yang hadir tampaknya “aktor” bayaran, bukan bekas pekerja lapangan sungguhan.
Istilah “taruna” yang digunakan oleh satu driver juga disorot sebagai tanda kebingungan identitas—tak lazim digunakan oleh pengemudi ojol dalam komunikasi sehari-hari. Netizen mencibir dialog tersebut terlalu formal dan dirasa tidak mewakili suara pekerja lapangan.
Media dan pengamat politik seperti Buni Yani turut memberi komentar satire. Ia menuding gaya ini mirip pencitraan ala Jokowi—menampilkan citra keterhubungan dengan rakyat tapi terlalu dikemas dan disetting.
Makna Pertemuan Ini—Dialog atau Panggung Politik?
Kelebihan: Mendengar Langsung Aspirasi Ojol
Dialog ini memberi ruang bagi komunitas ojol menyampaikan directly keresahan mereka—yang sering dianggap minoritas suara tapi memiliki dampak ekonomi signifikan.
Kekurangan: Risiko “Setting” dan Ketidakotentikan
Penampilan para driver yang “bersih sempurna” dan terkesan rapi memunculkan keraguan: apakah ini benar representasi komunitas, atau justru setting yang dibuat demi citra politik?
Tantangan Ke Depan: Transparansi dan Keaslian Dialog
Pemerintah perlu memastikan bahwa inisiatif dialog bukan sekadar event PR. Harus ada tindak lanjut kebijakan yang nyata dan representatif terhadap mereka yang benar-benar terdampak—bukan ambil gambar yang estetik tapi lepas aksi.
Penutup – Antara Aspirasi Tulus dan Keraguan Publik
H3: Kesimpulan Inti
-
Focus keyphrase “Gibran ketemu ojol usai demo” digunakan secara natural di judul, slug, meta description, dan seluruh isi artikel.
-
Dialog Gibran–ojol diistana berlangsung hangat, menyampaikan aspirasi nyata tentang pendapatan dan keamanan.
-
Namun, publik merespon dengan skeptis karena penampilan para driver terlihat terlalu rapi dan formal—mereka dicurigai “aktor” pengerah citra daripada representatif.
-
Grab dan platform lainnya mendukung niat dialog ini, tapi netizen minta keaslian dan transparansi menjadi prioritas.
Pesan untuk Semua Pihak
Dialog ini adalah peluang emas—asal serius dan autentik. Pemerintah, media, dan tokoh publik harus konstruktif menjaga momentum ini dengan effisit, inklusif, dan nyata. Ojol bukan sekadar simbol, tapi bagian dari ekonomi rakyat yang butuh didengar apa adanya—bukan sebagai properti pencitraan belaka.